Hubungan Antara Stress, Peradangan (Sakit) dan Terapi Reiki
Sehat memiliki dimensi
fisik, mental dan sosial. Semua dimensi tersebut saling terkait membentuk
individu yang sehat dan sejahtera. Stress merupakan respon terhadap perubahan
fisiologis, behavioral, dan psikologis yang mengancam tubuh. Di hewan, stress
dapat menurunkan kualitas hidup dan usia harapan hidup hewan. Kondisi stress
dapat menggertak munculnya perubahan neurotransmitter, neurokimia dan
hormon; dimana sistem tubuh yang terpengaruh adalah sistem saraf simpatis (sympathetic
nervous system) dan hypothalamic-pituitary-adrenal axis. Bagaimana
mekanismenya?
Menurut Liu et al.
(2017), kondisi stress dapat menyebabkan aktivasi hypothalamic-pituitary-adrenal
axis, dimana hipotalamus (terletak di otak) akan mensekresikan corticotropin-releasing
hormone (CRH) dan mempengaruhi pelepasan glucocorticoid yang
kemudian dapat menurunkan respon imun. Secara biokimia; glucocorticoid
akan menghambat proliferasi limfosit (salah satu sel darah putih yang berperan
dalam respon imun tubuh) dan toksisitas limfosit. Kemudian glucocorticoid
akan menurunkan sitokin pro-inflammatory (TNFα dan IL-6) dan
meningkatkan sitokin anti-inflammatory (IL-10 dan TNFβ). Jika melihat
kondisi ini, tubuh terlihat bereaksi cepat ketika terdapat paparan stressor,
yakni melalui hypothalamic-pituitary-adrenal axis berusaha menjaga
supaya tidak terjadi peradangan yang dipicu oleh sitokin pro-inflammatory
melalui mekanisme feedback negatif.
Di sisi lain, glucocorticoid
yang dihasilkan tubuh melalui hypothalamic-pituitary-adrenal axis memicu
aktivasi inflammasome NLRP3 yang merupakan respon dari adanya tanda
bahaya baik dari dalam maupun dari luar tubuh. Aktivasi inflammasome ini
akan memicu pematangan sitokin pro-inflammatory IL-1β dan IL-18.
Sehingga dapat dilihat bahwa pada saat adanya stressor awal, glucocorticoid
berperan menurunkan sitokin pro-inflammatory dan di sisi lainnya, glucocorticoid
justru berperan mengaktivasi sitokin pro-inflammatory lainnya.
Ketika sitokin-sitokin
pro-inflammatory ini beredar dengan kuantitas yang lebih besar tentunya saat
stress dalam jangka waktu lama, maka dengan adanya mekanisme feedback
negatif, tubuh akan melepaskan glucocorticoid lebih banyak lagi. Namun,
lama-kelamaan reseptor glucocorticoid menjadi tidak responsif dan
melemah, akibatnya sitokin pro-inflammatory semakin meningkat
kuantitasnya dan glucocorticoid tidak mampu merespon lebih banyak,
sehingga peradangan akan terjadi dan semakin bertambah keparahannya. Peradangan
bisa terjadi di banyak jaringan dan organ (manusia dan hewan).
Selain peran glucocorticoid,
hormon norepinephrine juga berperan dalam kondisi stress, dimana
norepinephrine akan menyebabkan sekresi faktor-faktor inflamasi melalui
fosforilasi MAPK (mitogen-activated protein kinase) melalui jalur α
receptor-dependent pathway.
Reiki merupakan salah
satu terapi alternatif pelengkap (alternative and complementary therapy)
yang telah banyak digunakan untuk mendukung kesembuhan saat dan pasca
pengobatan medis konvensional. Terapi reiki bekerja dengan cara menyeimbangkan
energi di chakra-chakra yang tersebar di tubuh beserta aliran energinya. Energi
disalurkan oleh seorang praktisi reiki ke individu resipien. Penelitian yang
telah dilakukan oleh Wardell (2001), terapi reiki yang dilakukan terhadap
sampel manusia sehat menunjukkan terjadinya penurunan kadar cortisol,
dimana cortisol merupakan salah satu glucocorticoid. Dengan
adanya hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa terapi reiki besar
kemungkinan dapat digunakan untuk menyeimbangkan kadar cortisol tubuh
pada saat kondisi stress (fisiologis dan psikologis), sehingga efek jangka
panjang cortisol tidak memperburuk kondisi tubuh.
Dalam kaitannya dengan
keseimbangan cortisol di dalam tubuh, terapi reiki kemungkinan bekerja
dengan penyeimbangan energi di chakra yang melingkupi hipotalamus dan kelenjar
pituitari di otak (Crown Chakra), serta chakra yang melingkupi kelenjar adrenal (Solar Plexus Chakra dan Sacral Chakra); dimana
hipotalamus, kelenjar pituitari dan kelenjar adrenal berperan dalam hypothalamic-pituitary-adrenal
axis.
Referensi :
- Liu Y, Wang Y, Jiang C. 2017.
Inflammation: The common pathway of stress-related disease. Front Hum
Neurosci 11.
- Mills D, Karagiannis C, Zulch
H. 2014. Stress - Its effects on health and behavior: A Guide for
practitioners. Vet clin Small Anim 44:525-541.
- Wardell DW. 2001. Biological
correlates of Reiki touchsm healing. Journal of Advanced Nursing
33:439-445.
Comments
Post a Comment